Gaza, Palestina – Rabu, 23 Juli 2025
Rakyat Gaza kembali menghadapi situasi kemanusiaan yang semakin memburuk. Di tengah blokade berkepanjangan, serangan militer, dan hancurnya infrastruktur, kini ancaman kelaparan ekstrem menghantui jutaan warga sipil yang tak berdosa.
Laporan terbaru dari sejumlah lembaga kemanusiaan internasional mengungkapkan bahwa lebih dari 80% penduduk Gaza kini mengalami insecure food situation — kondisi rawan pangan yang sangat serius. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan. Banyak dari mereka hanya makan satu kali dalam sehari, dengan menu yang sangat terbatas seperti roti kering atau air garam.
Lembaga PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) serta World Food Programme (WFP) menyatakan bahwa situasi ini adalah krisis pangan terburuk dalam sejarah Gaza. Distribusi bantuan sangat terhambat karena akses masuk ke wilayah tersebut dibatasi. Banyak truk bantuan tertahan di perbatasan tanpa izin masuk, sementara di dalam Gaza, toko-toko dan pasar sudah kosong sejak berminggu-minggu lalu.
Semua sumber independen—termasuk lembaga PBB (WFP, WHO, UNRWA), NGO internasional (130+), serta media global (Al Jazeera, The Guardian, El País)—mengonfirmasi bahwa rakyat Gaza saat ini menghadapi tingkat kelaparan ekstrem dan malnutrisi akut, dengan ratusan meninggal akibat kondisi ini dalam populasi yang sebagian besar adalah anak-anak dan lansia
Situasi ini diperparah oleh kehancuran fasilitas kesehatan dan sistem sanitasi. Anak-anak yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap infeksi, dan banyak rumah sakit kehabisan obat serta tidak mampu melayani pasien karena serangan dan kekurangan bahan bakar.
Solidaritas dunia terhadap Gaza kembali disuarakan dari berbagai penjuru dunia. Aksi penggalangan dana, pengiriman bantuan, hingga doa bersama digelar di banyak negara, termasuk Indonesia.
Namun, warga Gaza tak butuh simpati semata. Mereka butuh tindakan nyata, cepat, dan terkoordinasi. Dunia tak boleh berpaling dari tragedi kemanusiaan ini. Gaza sedang berteriak dalam diam — menderita dalam sunyi.